Sabtu, 01 Maret 2014

Kebudayan Dan Kuliner Gorontalo

Kebudayaan Indonesia



Sejarah Berdirinya Provinsi Gorontalo

     Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone.Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow
(Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.
Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.
Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut huukm adat etatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a".Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
* Pohala'a Gorontalo
* Pohala'a Limboto
* Pohala'a Suwawa
* Pohala'a Boalemo
* Pohala'a Atinggola
Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol diantara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.
Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :
* "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi hulontalo.
* Berasal dari " Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang Gowa yang berjalan lalu lalang.
* Berasal dari " Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
* Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
* Berasal dari " Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
* Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
* Berasal dari " Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata "hulondalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah " Rechtatreeks Bestur ". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :

* Onder Afdeling Kwandang
* Onder Afdeling Boalemo
* Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
* Distrik Kwandang
* Distrik Limboto
* Distrik Bone
* Distrik Gorontalo
* Distrik Boalemo
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
* Afdeling Gorontalo
* Afdeling Boalemo
* Afdeling Buol
Sebelum kemerdekaan Republik , rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk. H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Hari Kemerdekaan Gorontalo " yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.  
     Suku Gorontalo merupakan penghuni asli bagian Utara Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Gorontalo, provinsi ke-32 Indonesia, yang pada tahun 2000 memekarkan diri dari Provinsi Sulawesi Utara. Hari ini, jumlah etnis Gorontalo diperkirakan lebih dari 1 juta orang atau merupakan penduduk mayoritas (90%) di tanah Gorontalo. Sementara, sejumlah etnis lainnya yang merupakan minoritas adalah Suku Suwawa, Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow.

Beberapa anggapan berkembang mengenai etimologi kata Gorontalo. Ada yang menyebut Gorontalo berasal dari kata “hulontalo”, yang juga berasal dari kata “hulontalangi”, yang berarti “pengembara yang turun dari langit”. Angapan ini berdasarkan pada mitologi yang berkembang di tengah masyarakat, yang mengisahkan tentang Hulontalangi, yang dianggap sebagai orang pertama di Gorontalo, yang berdiam di kaki gunung Tilongkabila. Sejumlah teori lain menduga, Gorontalo berasal dari kata “Hua Lolontalango”, yang artinya “gua yang digunakan untuk berjalan bolak-balik”, “Pongolatalo” atau “Pohulatalo”, yang berarti “tempat menunggu”, “Gunung Telu”, yang berarti “gunung tiga”, dan masih banyak lagi asumsi-asumsi yang lain.
J.G.F Reidel, seorang sarjana Antropologi Belanda, seperti dikutip dalam Tumenggung, dkk. (1983), berpendapat bahwa, etnis Gorontalo termasuk ras Melayu Polinesia yang datang dari bagian Utara. Pada waktu mereka masuk ke daerah Gorontalo, telah terdapat penduduk asli yang mendiaminya, dan terjadilah percampuran di antara mereka. Selain itu, datang juga penduduk dari sebelah Timur, yakni Bugis dan Makasar, dan terjadi pula percampuran di antara beragam etnis tersebut. Sementara teori lain menyebutkan, etnis Gorontalo kemungkinan besar berasal dari daratan Indochina, kemungkinan dari daerah Burma atau Filipina.
Masyarakat Gorontalo berbicara dalam bahasa Gorontalo. Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain, yang sering dianggap sebagai dialek bahasa Gorontalo, yakni bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola. Bahasa Gorontalo sendiri sekarang banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diadopsi dalam keseharian masyarakat Gorontalo.
Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama Islam (98,81%). Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami. Hanya sebagian kecil saja yang memeluk agama lain di luar Islam. Kendati telah lama memeluk islam, sisa-sisa corak keyakinan lokal masih bisa terasa dari kepercayaan sebagaian kalangan terhadap mahluk-mahluk halus dan ritus-ritus upacara yang berbau adat.
Dalam konsep Masyarakat suku Gorontalo, adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan "Adat Bersendi Sara" dan "Sara Bersendi Kitabullah". Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan Al-Quran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur.
Etnis Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial yang tinggi, sehingga jarang terjadi konflik di antara mereka sendiri. Sistem kekerabatan yang sangat erat tetap dipelihara, dan tradisi gotong royong tetap lestari dalam kehidupan masyarakat ini, terutama di daerah pedesaan.
Masjid Baiturrahim (yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Gorontalo), Pantai Indah Pohe (Obyek Wisata pantai yang terdapat sebuah batu berbentuk tapak kaki terletak di Pantai Lahilote Kelurahan Pohe Kecamatan Kota Selatan, kurang lebih 6 km dari pusat Kota Gorontalo) Serta Monumen H.Nani Wartabone (yang merupakan putera asli Gorontalo yang sudah cukup banyak mengabdikan diri sebagai pejuang bangsa dan Negara.) Adalah salah satu obyek wisata yang biasa di kunjungi oleh para wisatawan, khususnya wisatawan lokal di hari libur yang juga ditunjang dengan fasilitas-fasilitas kota seperti pusat perbelanjaan, pasar traditional kota Gorontalo dan juga penginapan d

Bentor Gorontalo akan Beredar di Pelosok

http://upload.wikimedia.org/wikibooks/id/thumb/0/06/Bentor4.jpg/300px-Bentor4.jpg

  .COM-Becak motor (Bentor) yang beredar di Kota Gorontalo direncanakan akan dialihkan ke wilayah pemukiman pelosok agar terjadi arus kelancaran lalu-lintas di pusat perkotaan.
Kepala Dinas Perhubungan dan Informasi Komunikasi Kota Gorontalo, Henry A Sinjal, menTRIBUNGORONTALOuturkan, berdasarkan kajian tim ahli perkotaan dan transportasi Bentor lebih cocok beredar di kawasan perkampungan atau komplek pemukiman penduduk.
"Dari Kementrian Perhubungan Republik Indonesia telah mengkajinya September ini. Nanti sekitar November akan ada finalisasi kajian," ujarnya kepada tribungorontalo, Senin (10/9/2012).
Sebagai pendukung penuh transportasi publik, maka ujar Henry akan dilengkapi dengan pengadaan bus rapid transit dan mobil mikro angkutan umum.
"Kalau tidak diimbangi transportasi yang layak warga akan terlantar peroleh transportasi," tuturnya.
Direncanakan, ungkapnya, bila tidak ada aral melintang finalisasi kajian dari Kementrian Perhubungan pada akhir tahun 2012 ini dan masuk pertengahan tahun 2013 program berjalan.
"Kota Gorontalo peroleh perhatian yang spesial dari pemerintah pusat. Kota yang pertama di kaji sistem transportasi publiknya," ujar Henry.
Ditambahkan, Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea mengatakan, kendaraan Becak Motor (Bentor) dapat di kontrol dengan baik agar tidak membuat kesemrawutan.
Ia menuturkan, selama ini kesan yang terjadi di masyarakat Bentor alat tranpsortasi yang bebas tanpa ada aturan jelas.
"Pengemudi tidak pakai helm, jenis kendaraan umum tapi pelat hitam ? Ini kesannya tidak jelas," ujarnya.
Karena itu, tuturnya, pengaturan Bentor di Kota Gorontalo perlu dilakukan agar ada ketertiban kota.
"Saya yakin para Bentor mau di atur dengan baik. Demi keuntungan bersama," katanya.
Bisa saja, tuturnya, Bentor itu nanti melayani trayek di daerah-daerah pelosok atau jalur-jalur tertentu.
"Jangan beredar di pusat kota, supaya tidak bisa bikin kemacetan lalu-lintas," ujarnya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar