Senin, 03 Maret 2014

Kesenian dan Kebudayaan Gorontalo

  
   

   Gorontalo memiliki berbagai macam kesenian dan kebudayaan, dan berikut beberapa kesenian dan kebudayaan yang berasal dari Gorontalo :

Bahasa
  Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Namun kali ini yang bisa digunakan yaitu dialek Gorontalo
Pakaian Adat
    Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau Paluawala. Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau





Rumah Adat
    Gorontalo memiliki 2 bentuk rumah adat yang bernama Bandayo Poboide dan Dulohupa. Dulohupa merupakan rumah panggung yang terbuat dari papan, dengan bentuk atap khas daerah Gorontalo. Pada bagian belakang ada ajungan tempat para raja dan kerabat istana untuk beristirahat atau bersantai sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga.





Alat Musik
  Alat Musik asal Gorontalo bernama Polopalo, alat musik ini terbuat dari bambu dan di iket menggunakan tali yang bentuknya menyerupai garputala raksasa. Cara memainkanya yaitu dengan memukulkan Polopala ke lutut dengan irama yang beraturan.



Tari Tradisional
  Gorontalo memiliki beraneka ragam tari tradisional yang berasal dari wilayah tersebut :
Tari Sarode  Tari Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara resmi. Tarian ini diangkat dari tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Saronde sendiri terdiri dari musik dan tari dalam bentuk penyajiannya. Musik mengiringi tarian Saronde dengan tabuhan rebana dan nyanyian vokal, diawali dengan tempo lambat yang semakin lama semakin cepat. Dalam penyajiannya, pengantin diharuskan menari, demikian juga dengan orang yang diminta untuk menari ketika dikalungkan selendang oleh pengantin dan para penari dan diiringin oleh musik khas suara rebana





Tari Dana-dana
Tari Dana-dana merupakan Tarian pergaulan remaja gorontalo yang berkembang dari masa kemasa, tarian ini melambangkan cinta kasih dan kekeluargaan







Warna
   Dalam adat-istiadat Gorontalo, setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu. Karena itu, dalam upacara pernikahan masyarakat Gorontalo hanya menggunakan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning emas, dan ungu. Warna merah dalam masyarakat adat Gorontalo bermakna keberanian dan tanggung jawab; hijau bermakna kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan; kuning emas bermakna kemuliaan, kesetian, kebesaran, dan kejujuran sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan.






Upacara Adat
   Gorontalo memiliki upacara adat yang biasanya di lakukan oleh masyarakat Gorontalo dalam acara terntentu misalnya :  Adati Mo Polihu Lo LimuAdat ini  ditunjukkan untuk anak perempuan yang menginjak usia 2 tahun dimana seorang anak perempuan tersebut menjalani prosesi mandi kembang yang bercampur lemon atau jeruk dengan tumbuhan harum lainnya dipangkuan ibu yang melahirkan, bermaksud untuk khitanan atau mengkhitankan anak wanita, sebagai bukti keislaman seorang wanita sehingga agenda sakral tersebut yang harus dilalui oleh anak perempuan pada usia balita.






Kerajinan Tangan
  Sebagian masyarakat Gorontalo bekerja sebagai pengrajin anyaman, seperti peci anyaman yang terbuat dari kayu keranjang karena sebagian besar warga Gorontalo beragama Muslis dan peci tersebut bertuliskan Provinsi Gorontalo.






sumber : aneka-kebudayaan-gorontalo.html



Mari Mengenal Gorontalo



13665276561518577865 


  ALAM PESISIR GORONTALO

         Gorontalo, inilah provinsi yang mungkin terbilang baru dan mungkin juga gorontalo telah dikenal akibat aksi norman camaru yang membuat tranding di hampir infotainment bangsa ini, ataupun dikenal dari sang gubernur sekaligus mantan mentri Fadel Muhamad, atau juga dikenal dari beberapa seleb keturunan gorontalo sebut saja, Rama Aipama, Sintia Lamusu, Voland Humonggio, Sarah Idol, Regina Idol, pengusaha ternama Rahmat Gobel atau juga dari istrinya pak Wranto (Rugaiya Wiranto). Itu mungkin beberapa masyarakat indonesia mengenal provinsi ini. Gorontalo merupakan wilayah pemekaran sulawesi utara, banyak hal yan menraik dari provinnsi ini, baik dari segi adat budayanya,panorama alamnya kehidupan sosial masyarakatnya. Untuk itu saya akan memperkenalkan sedikit budaya gorontalo:


   Budaya dalam suatu masyarakat etnis tertentu merupakan akal budi, pikiran manusia, cipta karsa, dan hasil karya yang diciptakan oleh kelompok masyarakat etnis tersebut. Dengan adanya budaya, masyarakat dapat menetukan hukum-hukum yang berlaku di suatu kelompok yang merupakan nilai moral suatu entnis tertentu yang akhirnya menjadi kebiasaan-kebiasaan entis atau suku tertentu, termasuk juga budaya adat istiadat daerah Gorontalo.
Gorontalo adalah ibu kota dari sebuah provinsi di bagian utara Sulawesi dengan nama yang sama, Provinsi Gorontalo. Ini adalah sebuah kota yang mewarisi keindahan budaya nenek moyang yang begitu mempesona.Namun membahas tentang budaya atau kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat daerah Gorontalo saat ini tentu telah ada banyak perubahan dan pergeseran mengikuti perkembangan jaman, dibandingkan pada jaman dahulu dimana masing-masing individu masih mempertahankan nilai-nilai leluhur yang berlaku didalam masyarakat. Namun demikian saat ini masih ada kebiasaan-kebiasaan hidup dalam masyarakat yang terus dipelihara dan masih berlaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tentang adat perkawinan dan kesenian derah Gorontalo.
Sistem kekerabatan masyarakat gorontalo yang beraneka ragan profesi dan tingkat sosial tidak menjadi penghalang untuk tetap hidup dalam suasana kekeluargaan. Dan itu menjadi salah satu hal utama mengapa masyarakat gorontalo selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi bentrok atau konflik yang berskala besar. Sistem kemasyarakatan yang terus terpelihara dan berjalan dengan baik hingga saat ini adalah hidup bergotong-royong dan menyelesaikan masalah atau persoalan secara bersama-sama, musyawarah dan mufakat.


1366527783632581958



KANTOR DPRD PROVINSI GORONTALO DIATAS PEGUNUNGAN


13665279121680333511


MENARA KEAGUNGAN GORONTALO


1366528008994792294
KAWASAN PERSAWAHAN DI KABUPATEN GORONTALO


1366528158266801465
PULAU SARONDE GORONTALO UTARA
A. PERNIKAHAN ADAT GORONTALO


13665259231719932822
PASANGAN PENGANTIN

GORONTALO
    Upacara perkawinan adat gotontalo berlangsung di dua tempat yaitu di tempat mempelai pria dan wanita, masing masing keluarga mempelai mengadakan pesta dirumah masing-masing. Dalam pesta tersebut selalu berlangsung meriah hingga berhari hari lamanya.
Beberapa hari sebelum pesta dilangsungkan semua keluarga dan kerabat telah datang berkumpul untuk membantu pelaksanaan pesta tersebut, baik ibu-ibu maupun bapak bapak selalu datang beramai- ramai.
Dalam pesta itu mempelai pria dan wanita menggunakan pakaian adat Bili’u dengan tempat pelaminan yang juga dihias menggunakan adat Gorontalo. Pesta yang berlangsung biasanya 3 hari itu dengan masing masing mempunyai sebutan setiap hari yang berbeda.
Pernikahan Adat Gorontalo ini perlu di lestarikan, karena mengandung nilai–nilai budaya yang tinggi. Adat Gorontalo ini semakin hari semakin terkontaminasi dengan perubahan zaman. Terlihat dimana–mana pernikahan di Gorontalo tanpa melewati lagi prosesi adat gorontalo. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, banyak pemuda zaman sekarang yang enggan mempelajari adat pernikahan gorontalo. Sehingga warisan leluhur ini semakin terlupakan, karena tidak adanya regenerasi penerus Adati lo Hulondhalo.
Pernikahan Adat Gorontalo memiliki ciri khas tersendiri. Karena penduduk Provinsi Gorontalo memiliki penduduk yang hampir seluruhnya memeluk agama Islam, sudah tentu adat istiadatnya sangat menjunjung tinggi kaidah-kaidah Islam. Untuk itu ada semboyan yang selalu dipegang oleh masyarakat Gorontalo yaitu, “Adati hula hula Sareati, Sareati hula hula to Kitabullah” yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah. Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo sehingga mengatur segala kehidupan masyarakatnya dengan bersendikan Islam. Termasuk adat pernikahan di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami. Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah
B. TARI SARONDE
1366526220490099362




TARIAN SARONDE


   TARI Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara pertunangan. Tarian ini dilakukan di halaman calon mempelai wanita. Tentu penarinya adalah calon mempelai laki-laki bersama orang tua atau walinya. Ini adalah cara orang Gorontalo menjenguk atau mengintip calon pasangan hidupnya.
Dalam bahasa Gorontalo, tarian ini adalah sarana molihe huali yang berarti menengok atau mengintip calon istri. Setelah melalui serangkaian prosesi adat, calon mempelai pria kemudian mulai menari Saronde bersama ayah atau wali. Mereka menari dengan selendang.
Sementara calon mempelai wanita berada di dalam kamar dan memperhatikan pujaan hatinya dari dalam. Menampakkan sedikit dirinya agar calon mempelai pria tahu bahwa ia mendapat perhatian. Sesekali dalam tariannya ia berusaha mencuri pandang ke arah calon mempelai wanita.
Tari Saronde dipengaruhi secara kuat oleh agama Islam. Tarian ini dimulai dengan pemukulan rebana, alat musik pukul berbentuk bundar. Lirik lagu adalah syair-syair pujian terhadap Tuhan dan doa memohon keselamatan dalam bahasa Arab.



C. PAKAIAN ADAT GORONTALO

13665263961139329208
SALAH SATU PAKAIAN ADAT GORONTALO

  Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau Paluawala. Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau.

D. NUANSA WARNA BAGI MASYARAKAT GORONTALO


136652670061680525


SALAH SATU WARNA DALAM TRAH NINGRAT GORONTALO
   Dalam adat istiadat gorontalo , setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu, karena itu dalam upacara pernikahan masyarakat gorontalo hanya menggunakan empat warna utama , yaitu merah ,hijau , kuning emas , dan ungu. Warna merah dalam masyarakat gorontalo bermakna keberanian dan tanggung jawab , hijau bermakna Kesuburan, kesehjateraan , kedamaian dan kerukunan, kuning emas bermakna kemulian, kesetiaan ,kesabaran dan kejujuran sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan.
Pada umumnya masyarakat Gorontalo enggan memakai pakai warna coklat karena coklat melambangkan tanah , karena itu bila mereka ingin memakai pakaian warna gelap, maka mereka akan memilih warna hitam yang bermakna keteguhan dan Ketuhanan Yang Maha Esa , warna putih bermakna kesucian dan kedudukan , karena itu masyarakat gorontalo lebih suka mengenakkan warna putih bila pergi ke tempat perkebungan atau kedukaan atau tempat ibadah (masjid), biru muda sering digunakan pada saat peringatan 40 hari duka,sedangkan biru tua digunakan pada peringatan 100 hari duka.
Dalam adat perkawinan Gorontalo sebelum hari H dilaksanakan dutu, dimana kerabat pengantin pria akan mengantarkan harta dengan membawakan buah-buahan , seperti jeruk , nangka ,nenas , tebu , setiap buah yang dibawah juga punya makna tersendiri misalnya buah jeruk berkmakna bahwa pengantin harus merendahkan diri, duri jeruk bermkana bahwa pengantin harus menjaga diri dan rasanya yang manis bermakna bahwa pengantin harus menjaga tata krama atau sifat manis yang disukai orang .nenas durinya juga bermakna bahwa pengantin harus menjaga diri dan begitu juga rasanya yang manis.nangka dalam bahasa gorontalo langge loo olooto , yang berbau harum dan berwarna kuning emas yang bermakna pengantin harus mempunyai sifat penyayang dan penebar keharuman. Tebu warna kuning bermakna pengantin harus menjadi orang yang disukai dan teguh dalam pendirian.



E. TARIAN


1366526900603508171


SALAH SATU TARIAN DARI BANYAKNYA TARIAN GORONTALO
Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga.


 F .LAGU-LAGU DAERAH GORONTALO
  

  Lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku), Ambikoko (nama orang), Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang), Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup Jagung).




  G. RUMAH ADAT

1366527183255259281


RUMAH ADAT GORONTALO
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, orang Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo Poboide. Rumah adat ini terletak di tepat di depan Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman, Limboto. Selain itu, masyarakat Gorontalo juga memiliki rumah adat yang lain, yang disebut Dulohupa, yang terletak di di Kelurahan Limba U2, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Rumah adat ini digunakan sebagai tempat bermusyawarat kerabat kerajaan pada masa lampau.
Dulohupa merupakan rumah panggung yang terbuat dari papan, dengan bentuk atap khas daerah Gorontalo. Pada bagian belakang ada ajungan tempat para raja dan kerabat istana untuk beristirahat atau bersantai sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga
Rumah adat dengan seluas tanah kurang lebih lima ratus ini dilengkapi dengan taman bunga , serta bangunan tempat penjualan sovenir, dan ada sebuah bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama Talanggeda.
Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan, untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat).





H. BAHASA
  Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo.Penarikan garis keturunan yang berlaku di masyarakat Gorontalo adalah bilateral, garis ayah dan ibu. Seorang anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya melainkan harus berlaku taat dan sopan. Sifat hubungan tersebut berlaku juga terhadap saudara laki-laki ayah dan ibu.
Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya ‘pengembara yang turun dari langit’. Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila. Dia menikah dengan pendatang yang singgah dengan perahu ke tempat itu. Mereka inilah yang kemudian menurunkan orang Gorontalo. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnya menjadi Gorontalo.
I. SAPAAN
Sapaan atau toli atau nama panggilan bagi seseorang adalah suatu kebudayaan masyarakat gorontalo. Tata krama ini sudah ada berabad-abad lamanya . menurut “wulito” atau cerita leluhur kebudayaan ini berkembang menjadi “pulangga “ atau gelar kepada raja jogugu,marsaoleh,dan para pejabat kerajaan / negri yang dinobatkan atau dinilai berilomato atau berkarya dalam negeri bahkan apabila wafatpun raja dan pejabat-pejabat masih di anugrahi gelar yang disebut gara’I yang juga diberikan sesuai karyanya semasa hidupnya .
Sapaan bermakna sebagai suatu penghormatan bagi seseorang ,selain dari pada itu sapaan atau toli bisa memper erat tali persaudaraan atau tali kekeluargaan dengan sapaan yang manis seseorang merasa dihargai sehingga timbul ‘ sense of belonging‘ merasa bagian keluarga atau lingkungannya.
Nabi Muhammad SAW menyapa istri-istirnya dengan nama pangilan yang manis dan halus .beliau menyapa aisyahra ‘humairah ‘ artinya si pipi yang merah , yaitu sapaan kesayangan buat istri yang cantik.
Pada zaman dahulu dalam lingkungan kerajaan-kerajaan ,sapaan-sapaan terjaga dengan sangat baik dalam lingkungan ini hamper tidak terdengar panggilan nama asli/kecil seseorang . menyapa raja dan pejabat-pejabat Ti Olangia , Ti Jogugu ,Ti Wulea ,atau sapaan ti Eyanggu . sapaan untuk ratu , permaisuri atau istri-istri pejabat Ti Mbui , Ti Boki, Putra-Putri dan cucu Bantha , Te tapulu ,Te Putiri , Te Uti , Ti Pii dan sebagainya. sebaliknya keluarga dan para putra-putri pegawai kerajaan dengan nama jabatan masing-masing sampai pangkat yang paling rendah sekalipun tak menyebut nama kecil.



J. TUMBILOTOHE

13665257891127489124


TUMBILOTOHE
Tumbilotohe yang dalam arti bahasa gorontalo terdiri dari kata “tumbilo” berarti pasang dan kata “tohe” berarti lampu, yaitu acara menyalakan lampu atau malam pasang lampu. Tradisi ini merupakan tanda bakal berakhirnya bulan suci Ramadhan, telah memberikan inspirasi kemenangan bagi warga Gorontalo. Pelaksanaan Tumbilotohe menjelang magrib hingga pagi hari selama 3 malam terakhir sebelum menyambut kemenangan di hari Raya Idul Fitri.
Di tengah nuansa kemenangan, langit gelap karena bulan tidak menunjukkan sinarnya. Warga kemudian meyakini bahwa saat seperti itu merupakan waktu yang tepat untuk merefleksikan eksistensi diri sebagai manusia. Hal tersebut merupakan momentum paling indah untuk menyadarkan diri sebagai fitrah ciptaan Allah SWT.
Menurut sejarah kegiatan Tumbilotohe sudah berlangsung sejak abad XV sebagai penerangan diperoleh dari damar, getah pohon yang mampu menyala dalam waktu lama. Damar kemudian dibungkus dengan janur dan diletakkan di atas kayu. Seiring dengan perkembangan zaman dan berkurangnya damar, penerangan dilakukan dengan minyak kelapa (padamala) yang kemudian diganti dengan minyak tanah. Setelah menggunakan damar, minyak kelapa, kemudian minyak tanah, Tumbilotohe mengalami pergeseran.
Hampir sebagian warga mengganti penerangan dengan lampu kelap-kelip dalam berbagai warna. Akan tetapi, sebagian warga masih mempertahankan nilai tradisional, yaitu memakai lampu botol yang dipajang di depan rumah pada sebuah kerangka kayu atau bambu.
Saat malam tiba, “ritual” Tumbilotohe dimulai. Kota tampak terang benderang. Nyaris tidak ada sudut yang gelap. Keremangan malam yang diterangi cahaya lampu-lampu bot Kota Gorontalo berubah semarak karena lampu-lampu botol tidak hanya menerangi halaman rumah, tetapi juga menerangi halaman kantor, masjid. Tak terkecuali, lahan kosong petak sawah hingga lapangan sepak bola dipenuhi dengan cahaya lampu botol. Masyarakat seolah menyatu dalam perasaan religius dan solidaritas yang sama. Di lahan-lahan kosong nan luas, lampu-lampu botol itu dibentuk gambar masjid, kitab suci Al ol di depan rumah- rumah penduduk tampak mempesona
Tumbilotohe menjadi semacam magnet bagi warga pendatang, terutama warga kota tetangga Manado, Palu, dan Makassar. Banyak warga yang mengunjungi Gorontalo hanya untuk melihat Tumbilotohe. Sepanjang perjalanan di daerah Gorontalo maka kita akan menyaksikan Tumbilotohe dari berbagai ragam bentuk. “Sangat indah apabila kita berjalan pada malam hari” itulah ungkapan pada kebanyakan orang yang memanjakan ma Alikusu terdiri dari bambu kuning, dihiasi janur, pohon pisang, tebu & lampu minyak yang diletakkan di pintu masuk rumah, kantor, mesjid dan pintu gerbang perbatasan suatu daerah. Pada pintu gerbang terdapat bentuk kubah mesjid yang menjadi simbol utama alikusu. Warga menghiasi Alikusu dengan dedaunan yang didominasi janur kuning. Di atas kerangka itu digantung sejumlah buah pisang sebagai lambang kesejahteraan dan tebu lambang kemanisan, keramahan, dan kemuliaan hati menyambut Idul Fitri.



K. MERIAM BAMBU/BUNGGO
Bunggo terbuat dari bambu pilihan yang setiap ruas dalamnya, kecuali ruas paling ujung, dilubangi. Di dekat ruas paling ujung diberi lubang kecil yang diisi minyak tanah. Lubang kecil itu sebagai tempat menyulut api hingga bisa mengeluarkan bunyi letusan, tapi dalam bermain permainan ini pemain harus berhati-hati karena dapat membuat pemain kebakaran alis dan bulu mata.


L. WALIMA

1366527320619290332


   TRADISI WALIMA GORONTALO
Walima dalam bahasa Arab yang artinya perayaan oleh masyarakat Gorontalo umumnya dikenal sebagai wadah yang berisi berbagai jenis kue basah atau kering yang diarak ke masjid pada setiap Maulid Nabi, bahkan di beberapa tempat di Gorontalo walima juga diisi dengan bahan makanan pokok hasil kebun, ternak dll yang disiapkan apa adanya.
Bagi masyarakat, Walima adalah hasil karya seni tinggi yang dipersiapkan berbulan-bulan, memerlukan kesabaran yang tinggi untuk mengerjakannya serta membutuhkan biaya yang lumayan besar.



L. DIKILI
   Dikili dalam bahasa Gorontalo biasanya dikenal pada saat maulid, dalam bahasa Indonesia lebih kurang artinya adalah Zikir, dalam peringatan maulid Nabi para pezikir datang hampir mewakili wilayah Gorontalo jumlahnya bisa menjadi 500 orang, biasanya masyarakat Gorontalo yang berdomisili di wilayah itu dan hobi dengan Dikili. Dikili ini dilagukan dalam irama yang sama oleh banyak orang yang dimulai oleh pemimpin Agama setelah sholat Isya dan berakhir sebelum sholat zuhur atau lebih kurang 15 jam. Irama zikir yang khas ini membuat orang terkagum-kagum dan marasakan akan kejadian maulid Nabi.

13665274381847913864


Tidak ada komentar:

Posting Komentar