Rabu, 05 Maret 2014

Karya Tulis


Jabat Tangan Yang Manis

Oleh : Rismauli



   Pada mulanya persahabatan antara lain Nafia san Risma sangat akrab. Di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka duduk sebangku. Pada jam- jam istirahat mereka selalu bersama . berangkat dan pulang sekolah pun mereka selalu berdua. Salah sama lain sangat lengket. Sehingga seolah-olah tak ada tempat buat anak lain.
Tetapi kini keadaan berbalik. Telah satu minggu mereka tidag lagi bertegur sapa. Dan ini tidak terlepas dari perhatian teman-temannya. Meskipun Nafia dan Risma berusaha menyembunyikannnya.
 
   Nafia dan Risma sulit berbaur dengan tema-teman yang lain. Kerena sebelumnya  nafia dan risma kurang akrab dengan mereka. Diam-diam nafia dan risma menyesal, kenapa pergaulan mereka terbatas. Kini nafia dan risma merasa diri mereka terkucil. Tidak memiliki teman. Mereka sangat menderita karenanya.

kerena itu nafian dan risma dangat gembira ketika Vina, ketua kelas, mengajak belajar bersama.

“Nanti jam empat sore, fia!” kata vina.
“kita belajar bersama. Kita kerjakan PR matematika!”
Nafia lega wajahnya yang sejak permusuhan dengan nafia mendung, kini bersinar cerah. Ia berharap melalui vina, dapat bergaul dengan teman yang lain. Tetapi hatinya merasa iba pula terhadap nafia. Nafia akan semakin sendirian. Ia pasti tak akan mau bergabung dengan teman-temannya lain, bila nafia ada di antara mereka. Nafia sebennarnya sudah tidak lagi memusuhi nafia. Ia ingin berbaikan lagi. Tetpi tak tau caranya.

jam empat kurang seperempat nafia sudah sampai di rumah vina. Mereka lalu mulai mengejakan PR.

“Hanya kita berdua saja, vin?” tanya risma setelah mereka selesai mengerjakan satu soal.
“ Ada yang lain!”
“Siapa?”
“Tunggu saja! Memangnya kau mengharap siapa?”
Nafia tidak menyahut.
Suasana kemudian hening. Mereka mengerjakan soal berikutnya.
 Tiba-tiba terdengar pintu di ketuk. Vina membuka pintu. Di telah berdiri nafia.
Ma’af, vin! Agak terlambat!” ujar nafia.
Tetapi kemudian terkejut. Melihat nafia duduk di ruang tamu. Mematung. Nafia tetap berdiri. Vina terpaksa menutunnya.

Nafia merasa serba salah. Kikuk. Ia pura- pura memeriksa PR nya.

  “Saya memang sengaja memanggil kalian berdua,” ujar vina setelah risma duduk.
  “Kalian pasti tak menyangka pertemuan ini,” sambung Viana. Nadian dan Risma tidak menanggapi.
  “Kalian pasti marah kepadaku!”



Nafia dan Risma tetap diam. Suasana di ruang tamu tegang. Vina berusaha meredahkannya.

  “Saya tahu kalian berdua bermusuhan. Teman-teman sekelas prihatin dengan permusuhan kalian.
Persahabatan kalian. Kami merasa di ke sampingkan!”

Nafia dan risma kini menatap Vina. Menduga-duga arah pembicaraan ketua kelasnya itu.

  “Pasa mulanya kami memang senang melihat kalian bermusuhan. Pelajaran baik buat kalian yang memilih-milih dalam bergaul. Tetapi lama-lama kami mersa iba, karena kalian menjadi menderita.”

Suasana kembali hening. Vina menatap ke dua teman sekelasnya itu. Menunggu mereka mengucpkan sesuatu. Tetapi mulut Nasia dan Risma tetap terkunci.

Wajah mereka merah padam. Menahan gejolah perasaan.

“ Persahabatan kalian ternyata sangat rapu!” Ujar Vina. Risma dan nafia terkejut.

“ Kalian terlalu percaya hasutan orang!” vina trsenyum “semua itu ulah asnan, bukan?” Nafia dan risma terbelalak

“Ya, ini adalah ulah adnan! Padahal sebenarnya ia hanya ingin menguji sampai di mana persahabatan kalian!”

Nafia dan Risma saling berpandangan

  “Adnan menghasut nafia agar  marah kepada Risma.
Ia juga menghasut Risma agar marah kepada  Nafia.
Adnan mengatakan kepada  Risma, bahwa nafia menjelek-jelekan risma. Adnan pula yang mengatakan kepada nafia., bahwa risma menjelek-jelekan nafia.

Kalian percaya omongan Adnan, tanpa memeriksanya”

“Kau tahu dari mna, vin?” Nafia membuka mulut.

“Dari Adnan sendiri !”

“Adnan?!”
“Ya. Dan ia minta agar kalian berbalikan kembali. Juga minta kalian mau bertemu anak-anak yang lainnya.”

Nafia dan Risma termenung. Mreka menyadari  kesalahan mereka selama ini, kurang membuka diri. Untung temen-temen tidak dendam kepada mereka.
“Kalian jangan marah kepada Adnan. Maksudnya baik. Hanya caranya barang kali agak kurang ajar,” kata
Vina



“Tidak. Saya tidah marah terhadap Adanan. Bahkan sangat berterimah kasih. Kerena ia telah menghilangkan kesalahan kami. Sebaiknya, saya ingin minta ma’af terhadap teman-teman sekelas. Bukan begitu, Naf?”
Risma menatap Nafia. Nafia mengangguk.


“Saya sangat berterimah kasih kepadamu, Vin. Engkau memang pantas menjadi ketua kelas. Berkat campur tanganmu, kesalahan pahaman kami bisa berakhir,” Risma menunduk.

Vina tersenyum. “Yang penting kalian berbaikan kemabli. Ayo. Naf, jabat tangan !”

Dengan malu-malu Nafian dan Risma berjabat tangan sementara tiba-tiba dari dalam rumah mencul Adana dan teman-temannya.

“Baikan , ni yeeee!” Teriak Adnan.
Anak-anak yang lain bertepuk tangan.

“Hidup anak-anak kelsa IV A !”

“Hidup!”
Suasana di rumah Vina kini berubah meriah.
. Nafia dan Risma Menitikkan air mata karena terharu dan bahagia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar