Senin, 03 Maret 2014

Selayang Pandang


Kebudayaan masyarakat Gorontalo terwujud melalui berbagai hal, mulai seni gerak, seni bangun, hingga pakaian adat. Salah satu wujud kebudayaan tersebut berbentuk kain dengan sulaman khas Gorontalo yang disebut dengan Kerawang atau Karawo.
Penyebutan “Kerawang” berasal dari kata “Karawo” yang mempunyai arti sulaman dengan tangan. Kerawang merupakan penyebutan yang lazim dikenal oleh orang-orang di luar Gorontalo. Penduduk Gorontalo sendiri lebih mengenal Kerawang dengan nama Karawo.
Karawo lahir dari proses panjang yang merupakan buah dari ketekunan para pengrajin. Seni membuat Kerawang atau Karawo disebut “Makarawo”. Seni ini telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa Kerajaan Gorontalo masih berjaya.
Keindahan motif, keunikan cara pengerjaan, dan kualitas yang bagus membuat Kerawang atau Karawo bernilai sangat tinggi. Maka tak mengherankan jika keunikan dan kualitas tersebut diminati oleh banyak kalangan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Produksi Kain Kerawang atau Karawo sempat mati suri. Tak banyak pengrajin yang menekuni dunia ini karena kerumitan yang menyita banyak energi, waktu, dan ketekunan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai cara untuk membuat kerajinan ini dapat terus lestari dan semakin populer, baik di dalam maupun luar negeri.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan Festival Karawo yang telah digelar untuk pertama kalinya pada 17-18 Desember 2011 silam. Festival yang akan terus digelar setahun sekali ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat dalam mengenakan produk Karawo sekaligus menguatkan ekonomi melalui pengembangan budaya daerah. 
B. Keistimewaan
Keunikan Kerawang atau Karawo membuat kain ini sangat sesuai untuk dibuat berbagai produk, baik pakaian maupun suvenir. Keunikan ini pula yang akhirnya menjadi inspirasi bagi pemangku kebijakan di wilayah Provinsi Gorontalo yang mewajibkan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk memakai sulaman Kerawang atau Karawo dalam pakaian dinasnya setiap hari Senin. Selain itu, baju para jamaah haji yang berasal dari Provinsi Gorontalo juga berhiaskan sulaman Kerawang atau Kerawo. Hal ini menjadikan Kerawang atau Kerawo kini semakin dikenal sebagai produk kebudayaan khas Gorontalo, sebagaimana kain Batik di Jawa, Ulos dan Songket di Sumatra, serta Sasirangan di Kalimantan Selatan.   
Kain Kerawang atau Karawo juga telah dikembangkan menjadi olahan berbagai produk kerajinan, antara lain kipas bermotif bunga, ikan, dan corak-corak lokal; kopiah dengan bordir Kerawang atau Karawo dengan beragam corak; jilbab, taplak meja, dasi, saputangan, mukena, dompet, tatakan gelas, dan lain sebagainya. Kain Kerawang atau Karawo telah dijadikan sebagai suvenir khas Gorontalo. Ragam yang melimpah dengan motif yang bervariasi membuat pilihan akan produk kerajinan tangan khas Gorontalo ini semakin banyak.
Proses pembuatan sulaman kain Kerawang atau Karawo cukup rumit dan unik. Pada tahap awal, para pengrajin membuat pola atau desain sulaman di kertas milimeter blok. Kain sebagai bahan baku kemudian dipotong sesuai dengan yang diinginkan. Langkah selanjutnya adalah membuka benang-benang pada lapisan kain untuk ruang sulaman. Usai benang-benang telah terbuka, kain siap untuk disulam sesuai dengan motif yang diinginkan. Menurut beberapa sumber, keunikan pengerjaan kain Kerawang atau Karawo ini hanya bisa ditemukan di sebuah desa nelayan kecil di Italia bernama Desa Portofino.
Pada zaman dulu, para pengrajin hanya menggunakan benang dari bahan katun, namun kini telah menggunakan benang keemasan. Lama pengerjaan sehelai kain Kerawang atau Karawo memakan waktu paling cepat satu minggu hingga satu bulan, tergantung jenis kain, benang, dan motifnya. Kain dengan kualitas baik dan menggunakan benang emas maupun benang metalik serta motif sulaman yang rumit memerlukan waktu pengerjaan yang lebih lama.  
Kain Kerawang atau Karawo yang sudah jadi biasa dijual di pasaran dengan harga antara Rp. 250.000,00 – Rp 750.000,00. Harga jual kain Kerawang atau Karawo ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya harga bahan dasar, motif atau gambar, banyaknya warna motif, dan keteraturan serat kain. Semakin tidak teratur serat kain yang akan disulam, semakin rumit tingkat pekerjaannya, maka semakin tinggi pula harga jual dari kain Kerawang atau Karawo yang dihasilkan.    
C. Lokasi
Sentra pengrajin Kain Kerawang atau Karawo berlokasi di Rumah Pintar Terpadu “Menara Ilmu”, Dusun Lingkungan I, RT 2 RW 2, Kelurahan Bulota, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Selain itu, sentra pengrajin Kerawang atau Karawo juga terdapat di “Pondok Karawo”, Dusun Tapa Hengu, Kelurahan Bulota, Kecamatan Limboto, Provinsi Gorontalo. Banyaknya pengrajin Kerawang atau Karawo di wilayah ini membuat Kelurahan Bulota dijadikan sebagai Kampung Karawo.
D. Akses
Akses menuju Kelurahan Bulota, khususnya ke Rumah Pintar Terpadu “Menara Ilmu” maupun “Pondok Karawo” sangat mudah karena keduanya terletak sangat dekat dengan ibukota Kabupaten Gorontalo. Dari Kota Gorontalo, Anda bisa naik angkutan umum dengan tujuan Kabupaten Gorontalo. Sesampainya di Kabupaten Gorontalo, tersedia banyak angkutan umum (mikrolet) dan becak motor (bentor) yang bisa mengantarkan Anda menuju lokasi para pengrajin Karawo di Kelurahan Bulota.
E. Tiket Masuk
Para wisatawan yang berkunjung ke sentra pengrajin Kain Kerawang atau Karawo di Rumah Pintar Terpadu “Menara Ilmu” maupun Pondok Karawo” tidak dikenai tiket masuk.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Para wisatawan yang berkunjung di Rumah Pintar Terpadu “Menara Ilmu” maupun “Pondok Karawo” bisa membeli langsung kain Kerawang atau Kerawo dari pengrajinnya. (Tunggul Tauladan/iw/03/05-2012)

Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar