Selayang Pandang
Kebudayaan masyarakat Gorontalo terwujud melalui berbagai hal, mulai seni gerak, seni bangun, hingga pakaian adat. Salah satu wujud kebudayaan tersebut berbentuk kain dengan sulaman khas Gorontalo yang disebut dengan Kerawang atau Karawo.
Penyebutan
“Kerawang” berasal dari kata “Karawo” yang mempunyai arti sulaman
dengan tangan. Kerawang merupakan penyebutan yang lazim dikenal oleh
orang-orang di luar Gorontalo. Penduduk Gorontalo sendiri lebih mengenal
Kerawang dengan nama Karawo.
Karawo
lahir dari proses panjang yang merupakan buah dari ketekunan para
pengrajin. Seni membuat Kerawang atau Karawo disebut “Makarawo”. Seni
ini telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa Kerajaan
Gorontalo masih berjaya.
Keindahan
motif, keunikan cara pengerjaan, dan kualitas yang bagus membuat
Kerawang atau Karawo bernilai sangat tinggi. Maka tak mengherankan jika
keunikan dan kualitas tersebut diminati oleh banyak kalangan, baik dari
dalam maupun luar negeri.
Produksi
Kain Kerawang atau Karawo sempat mati suri. Tak banyak pengrajin yang
menekuni dunia ini karena kerumitan yang menyita banyak energi, waktu,
dan ketekunan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai cara untuk
membuat kerajinan ini dapat terus lestari dan semakin populer, baik di
dalam maupun luar negeri.
Salah
satu cara yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan Festival Karawo
yang telah digelar untuk pertama kalinya pada 17-18 Desember 2011 silam.
Festival yang akan terus digelar setahun sekali ini bertujuan untuk
menarik minat masyarakat dalam mengenakan produk Karawo sekaligus
menguatkan ekonomi melalui pengembangan budaya daerah.
B. Keistimewaan
Keunikan
Kerawang atau Karawo membuat kain ini sangat sesuai untuk dibuat
berbagai produk, baik pakaian maupun suvenir. Keunikan ini pula yang
akhirnya menjadi inspirasi bagi pemangku kebijakan di wilayah Provinsi
Gorontalo yang mewajibkan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk memakai
sulaman Kerawang atau Karawo dalam pakaian dinasnya setiap hari Senin.
Selain itu, baju para jamaah haji yang berasal dari Provinsi Gorontalo
juga berhiaskan sulaman Kerawang atau Kerawo. Hal ini menjadikan
Kerawang atau Kerawo kini semakin dikenal sebagai produk kebudayaan khas
Gorontalo, sebagaimana kain Batik di Jawa, Ulos dan Songket di Sumatra,
serta Sasirangan di Kalimantan Selatan.
Kain
Kerawang atau Karawo juga telah dikembangkan menjadi olahan berbagai
produk kerajinan, antara lain kipas bermotif bunga, ikan, dan
corak-corak lokal; kopiah dengan bordir Kerawang atau Karawo dengan
beragam corak; jilbab, taplak meja, dasi, saputangan, mukena, dompet,
tatakan gelas, dan lain sebagainya. Kain Kerawang atau Karawo telah
dijadikan sebagai suvenir khas Gorontalo. Ragam yang melimpah dengan
motif yang bervariasi membuat pilihan akan produk kerajinan tangan khas
Gorontalo ini semakin banyak.
Proses
pembuatan sulaman kain Kerawang atau Karawo cukup rumit dan unik. Pada
tahap awal, para pengrajin membuat pola atau desain sulaman di kertas
milimeter blok. Kain sebagai bahan baku kemudian dipotong sesuai dengan
yang diinginkan. Langkah selanjutnya adalah membuka benang-benang pada
lapisan kain untuk ruang sulaman. Usai benang-benang telah terbuka, kain
siap untuk disulam sesuai dengan motif yang diinginkan. Menurut
beberapa sumber, keunikan pengerjaan kain Kerawang atau Karawo ini hanya
bisa ditemukan di sebuah desa nelayan kecil di Italia bernama Desa
Portofino.
Pada
zaman dulu, para pengrajin hanya menggunakan benang dari bahan katun,
namun kini telah menggunakan benang keemasan. Lama pengerjaan sehelai
kain Kerawang atau Karawo memakan waktu paling cepat satu minggu hingga
satu bulan, tergantung jenis kain, benang, dan motifnya. Kain dengan
kualitas baik dan menggunakan benang emas maupun benang metalik serta
motif sulaman yang rumit memerlukan waktu pengerjaan yang lebih lama.
Kain
Kerawang atau Karawo yang sudah jadi biasa dijual di pasaran dengan
harga antara Rp. 250.000,00 – Rp 750.000,00. Harga jual kain Kerawang
atau Karawo ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya harga bahan dasar,
motif atau gambar, banyaknya warna motif, dan keteraturan serat kain.
Semakin tidak teratur serat kain yang akan disulam, semakin rumit
tingkat pekerjaannya, maka semakin tinggi pula harga jual dari kain
Kerawang atau Karawo yang dihasilkan.
C. Lokasi
Sentra
pengrajin Kain Kerawang atau Karawo berlokasi di Rumah Pintar Terpadu
“Menara Ilmu”, Dusun Lingkungan I, RT 2 RW 2, Kelurahan Bulota,
Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Selain itu,
sentra pengrajin Kerawang atau Karawo juga terdapat di “Pondok Karawo”,
Dusun Tapa Hengu, Kelurahan Bulota, Kecamatan Limboto, Provinsi
Gorontalo. Banyaknya pengrajin Kerawang atau Karawo di wilayah ini
membuat Kelurahan Bulota dijadikan sebagai Kampung Karawo.
D. Akses
Akses
menuju Kelurahan Bulota, khususnya ke Rumah Pintar Terpadu “Menara
Ilmu” maupun “Pondok Karawo” sangat mudah karena keduanya terletak
sangat dekat dengan ibukota Kabupaten Gorontalo. Dari Kota Gorontalo,
Anda bisa naik angkutan umum dengan tujuan Kabupaten Gorontalo.
Sesampainya di Kabupaten Gorontalo, tersedia banyak angkutan umum
(mikrolet) dan becak motor (bentor) yang bisa mengantarkan Anda menuju
lokasi para pengrajin Karawo di Kelurahan Bulota.
E. Tiket Masuk
Para
wisatawan yang berkunjung ke sentra pengrajin Kain Kerawang atau Karawo
di Rumah Pintar Terpadu “Menara Ilmu” maupun Pondok Karawo” tidak
dikenai tiket masuk.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Para
wisatawan yang berkunjung di Rumah Pintar Terpadu “Menara Ilmu” maupun
“Pondok Karawo” bisa membeli langsung kain Kerawang atau Kerawo dari
pengrajinnya. (Tunggul Tauladan/iw/03/05-2012)
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar